Malam ini untuk kesekian kalinya
aku terbangun. Dengan perasaan yang sama, seperti yang kau rasakan. Disana kau
meratapi malammu. Gelisah ini adalah misteri. Yang kau hadirkan walau hanya dalam
mimpi. Ceita yang tek berhenti,tak bertepi.
Ya, itu hanya mimpi..
Air mata
perlahan menetes membentuk skeptisme kehidupan. Kini,usaplah kepalsuan dalam
hatimu. Karena disini perlahan ku basuh
air mataku, dengan sisa-sisa kesabaran yang kau tanam dalam nafasku. Tanpa kau
sadari. Aku tertawa dalam kegilaan yang kau ciptakan. Masih ingatkah kau pada
taman yang merekahkan senyum kita. Semua masih tersimpan baik dalam waktu yang
terus beranjak. Kini, taman tersebut telah menyimpan luka mendalam. Haruskah
cinta memilih? (hanya kau yang tahu pasti jawabnya)
Sekarang aku benar-benar tersesat
pada masa depan yang berada dalam masa laluku. Semuanya menjadi tak pasti. Semuanya sulit memahami
apa isi hatiku, bahkan diri ini. Tak ingin terusik, entah sampai kapan. Aku
berjalan sendiri dalam setapak yang tak pasti. Adakah kau menungguku disana?
Menunggu waktuku memecahkan kegelisahan ini. Atau mampukah kau menemani petualang ini, hadapi rintangan
yang selalu menghampiri. Kau sadar hati ini begitu mudah menyayangi. Dan kau
tak pernah (ingin) tahu bahwa hati ini begitu rapuh, untuk kau tinggalkan.
Semua
telah berubah, semua telah berganti. Hanya kita yang mengerti, hanya kita yang
harus memahami. Aku percaya cinta itu begitu pahit, agar ku siap kehilanganmu.
Disana kau tersenyum bahagia. Disini aku tersenyum bahagia, memandangmu. Disini
ku menangis. Disana kau tersenyum bahagia, pada duniamu. Suatu saat, disana kau
menangis. Disini aku tersenyum bahagia, dalam duniaku. Yang tak kau tahu.
Kapten philos,
18/9/2045
Tidak ada komentar:
Posting Komentar